Jumat, 05 April 2013

Biodata Pdt. DR. Petrus Octavianus, D.D, Th.D

 PENDAHULUAN
 
Penulis merasa penting untuk mengetahui biografi seorang tokoh yang memberikan pengaruh besar terhadap gereja dan misi gereja. Kehadiran tokoh ini memberikan dampak positif  kepada pembardayaan sumberdaya manusia yang berbudi pekerti yang baik dan berahklak luhur, cerdas dan bertanggung jawab.
Tokoh yang akan dibicarakan di sini adalah Pdt. DR. Petrus Octavianus, DD, Ph.D.  Berikut ini akan dibahas perjalanan kehidupan beliau sampai saat ini.  Untuk lebih mudah memahaminya penulis akan membahas dalam 3 masa kehidupan tokoh yakni: masa pra karir, masa karir dan post karir.
1.      Masa pra karir
Masa pra karir yang dimaksud penulis adalah masa kehidupan tokoh yang dimulai dari kelahiranya sampai masa studi selesai dan memulai karir/ pekerjaan. Petrus Oktavianus lahir di Pulau Rote, desa Laes tanggal 29 Desember 1928. Lahir sebagai anak ke-7 dan terkhir dari keluarga miskin. Nama ayah Klan Octavianus, meninggal tanggal 30 Maret 1930. Nama ibu Paulina Pandie berasal dari keturunan orang beriman.
Pada usia Sembilan tahun beliau di adopsi oleh paman dan bibinya, dan mereka menyekolahkanya. Dimasa kecil ia menjual kue untuk mengumpulkan uang dalam meraih cita-cita. Waktu berjualan tiga kali kuenya tumpah dan tiga kalipun ia di pukul dibagian kepala sebagai peringatan untuk tidak melakukan kesalahan lagi.
Tahun 1942 berlayar ke Kupang dengan menumpang kapal layar. Di kupang ia tinggal di asram Oepura dan di tempat inilah ia menimba ilmu. Waktu itu pemerintah Jepang berkuasa.


Tahun 1945 beliau pindah ke Oetona pindah disekolah Belanda.  Tahun 1947 setelah menamatkan pendidikan di Opleiding Voor Volkonderwyser (O.V.O), mengajar kelas 3 di sekolah rakyat di desa Bakunase. Disinilah pertama kali ia menerima gaji. Beliau memiliki dua orang teman yang mengajaknya tinggal bersama yaitu; Jusuf   Kaomesa (sekarang pembantu bupati di Kupang) dan Benyamin Mesakh (Sekretaris Jendral partai Golkar/ Ketua fraksi Golkar di DPR RI.
Tahun 1949 menginjakkan kakinya di Ambon untuk melanjutkan pendidikanya. Di Ambon melanjutkan pendidikan di SGA Kristen kepunyan Belanda juga tinggal di asrama.
Tahun 1948-1950 terlibat dalam latihan militer. Tahun 1950 berangkat ke kota Surabaya , menumpang kapal tanpa ongkos. Di Surabaya di titipkan di Rumah Pdt. Siahaya gembala GPIB tanjung perak. Di Surabaya beliau dengan teman-temanya di tangkap tentara TNI, karena di curigai sebagai mata-mata RMS. Surat rekomendasi Ir Manusama (Direktus SGA Kristen)  kepada bapak Hahuly, direktus SGA Kristen Surabaya, sebgai bukti dibebaskanya pak. Octavianus dan kawan-kawan serta melanjutkan pendidikan di SGA Surabaya. Pada Mei 1950 mereka dibebaskan dari Den Halder Cam.
Beliau menjadi pemulung di kota Surabaya bersama tiga orang temanya (Daniel, Malo dan Geda), tetapi Oka yang berasal dari Bali melanjutkan Studinya di SGA Katolik Malang. Sambil melanjutkan studi di SGA mereka mencari uang dengan menjadi pemulung dan gelandangan sebab tidak ada tempat tinggal. Mereka bermalam di emperan toko. Meski disuasana yang getir beliau dan teman-temanya masih mengingat Tuhan.
Juni 1950 berjumpa dengan ibu Kadar, seorang Kepala Kantor Depertemen Sosial Surabaya.  Pertemuan ini menyebabkan mereka pindah tempat tinggal di Panti Asuhan di jalan Embong Malang. Mereka bisa menikmati belajar dengan baik, tempat tidur dari tilam, dan makan tiga kali sehari. Sesudah sepuluh bulan usai, tepatnya tahun 1951 pindah ke Kota Malang dan menjadi tenaga pengajar di SMPK, SR dan SKP Kristen. Selain itu menjadi mahasiswa filsafat yang di pimpin oleh Romo Dr. Klafert dari Batu.
Tahun 1952 pindah ke Bandung tinggal di keluarga Van Der Berg. Selain belajar dan kuliah filsafat juga beliau mulai terlibat dalam dunia politik. Bulan Nopember 1953 lulus dari Program B-1 peringkat 3 dan melanjutkan studi filsafatnya sampai B-2. Filsafat menyadarkan beliau bahwa tidak semua hal dapat dijelaskan dengan dengan filsafat.
Selain pekerjaan dan karir yang di geluti tentunya sebagai manusia normal membutuhkan teman hudup sebagai pendamping yang setia. Untuk mendapatkanya beliau berdoa dan memohon petunjuk Tuhan demikian juga dengan orang yang ia doakan. Tanggal 22 Maret 1953, beliau mendapat jawaban yang pasti atas balasan suratnya tentang hubungan cinta mereka. Tanggal 18 Mei 1953 keluarga pak Petrus Octavianus (PO). Meminang gadis pujaanya, Henriene. Tanggal 6 Mei 1954 mereka menikah di hadapan pemerintah dan tanggal 9 diberkati di gereja GMIT Airnona Kupang.
2.      Masa Karir.
Tanggal 27 Mei 1954 kembali ke Bandung. Seperti biasa melakukan akatifitas dan pulang larut malam. Sampai suatu saat ada panggilan untuk menjadi direktur SGAK Malang, namun tidak di gubris. Kemudia PO sakit selama 4 hari dan berdoa bersama ibu meminta petunjuk Tuhan. Jika sembuh berarti Tuhan menghendaki ke Malang, jika tidak artinya tetap di Bandung. Ternyata seketika sembuh dan mereka langsung pindah ke Malang.
Tanggal 25 Juli 1954 tiba di Malang. Di malang mengajar di SGAK, Sekolah Tinggi milik GKJW dan SMA Kristen. Beliau juga menjadi majelis di GPIB Imanuel Malang. September 1956 di angkat menjadi direktur SGA Kristen Malang dan tahun 1955 di angkat menjadi direktur SMA Kristen Malang. Beliau mengkoordinir semua sekolah Kristen yang ada di Malang mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Tanggal 10 April jam 2 pagi 1955 hadir seorang buah hati, Mary Victoria Octavianus adalah anak sulung. tanggal 25 Juli 1956 lahir anak ke dua, Jermy. Tanggal 1 Juli 1957 di lantik menjadi direktur Akademi Pendidikan Guru Nasional Malang.
Tanggal 1 Agustus 1957 berkenalan dengan misionaris WEC, Rev. Germann Edey dan membicarakan program pelayanan bersama. Inilah cikal bakal munculnya YPPII.
Mulai diadakan KKR di SGAK dan di beberapa tempat lainya sampai ke Lawang. Selain mengajar beliau juga berkhotbah di beberapa gereja yang ada di Malang. KKR yang pertama diadakan untuk seluruh siswa sekolah Kristen sekota Malang.  Pembicara dalam KKR pertama adalah Rev. Roland Brown 17 Nopember 1957. Dalam KKR ini pak PO mengalami lawatan Tuhan yang luarbiasa sehingga bertobat dan menerima pengampunan salib Kristus.  
Tanggal 25 Nopember 1957 ketika berlibur di Batu ia bertemu dengan Rev Detmar Scheunemann. Tanggal 6 April 1958 Roland Messach Octavianus lahir. Tahun 1957 sebelum I-3 berdiri, pak PO dengan teman-temanya mencanangkan untuk mendirikan taman bacaan untuk para petobat baru.
April 1959 diadakan perayaan Paskah se Kota Malang. DR Johannes Laimena sebagai pembicara batal datang dan di gantikan oleh pak PO. Beliau mulai taat pada panggilan Tuhan. Tanggal 5 Februari 1960, ibu Oktav mendapat penglihatan tentang panggilannya. Akhir Juli 1960 meninggalkan pekerjaan di Malang dan mulai hidup baru di Batu. Mulai Agustus 1960-1961 tinggal di Batu sendirian karena ibu Octav tidak mau ikut kalau belum ada panggilan Tuhan yang jelas. Di Batu sebagai mahasiswa skaligus dosen dan ketua Yayasan Institut Injil Indonesia. Kini status berubah menjadi Penginjil, dan masa ini adalah masa yang berat kerena orang memandang beliau sebagai orang gila, juga di muat di surat kabar harian Kota Malang. Kegiatan yang dilakukan setiap hari adalah memberitakan Injil kabar Baik kepada penduduk desa-desa sekitar Batu, supaya mereka bertobat dari dosanya.
Situasi semakin mencekam menunjukkan keadaan seorang pengikut Kristus, ditolak diman-mana bahkan oleh keluarga sendiri. Tinggal beberapa orang yang menerima mereka dan bersedia mendengarkan dan mendoakan mereka. Tahun 1952 pernah diangkat menjadi ketua Angkatan Muda Kristen dan tahun 1957 menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat Parkindo. Keterlibatan di organisasi politik mengakibatkan beliau di percaya oleh MPR dan DPR. Kini nasionalisme hancur karena tinggal di Batu dan menjadi penginjil.
Pergumulan berat waktu belajar di Institus menerima mahasiswa jebolan kelas tiga Sekolah Dasar dan ada juga tamatan SMP. Ia merasa terpukul dan mau meninggalkan pendidikan untuk menjadi pelayan Tuhan. Demi mengikuti panggilan Tuhan semua Ijaza telah di bakar kecuali ijaza B-1 karena di sembunyikan ibu Octav. Tujuanya supaya tidak kembali lagi ke Malang pada profesi yang dulu.
Dimasa sulit ini dating tawaran dari Parkindo untuk menjadi Wakil Parkindo di DPD Malang, tepatnya tanggal 24 Nopember 1960. Setelah meminta petunjuk Tuhan, maka Tuhan menunjukkan untuk pindah ke Batu, ibu Octav turut juga bersama anak-anak. Selama 20 tahun tinggal di Gg 3 Songgokerto.
Pada tahun 1959, terjadi perkenalan dengan ketua dan pendiri World Vision International (WVI). Nopember 1960 berdirilah Taman Bacaan rohani yang kemudian dikenal dengan Yayasan Bacaan Kristen, Jl. Jadipang Malang. Mengikuti pendidikan di WEC Bible Institute, di Batu ankatan ke-2. Pada tahun yang sama diadakan persekutuan sehingga menyebabkan pertumbuhan dinamis, sehingga diadakan rapat untuk membuat yayasan persekutuan interdenominasi yang berbadan hukum. Pada tanggal 3 Maret 1961 terbentuklah pengurus Yayasan Institut Injil Indonesia, dengan ketua pak Oktav. Mendapat akte Notaris No. 10/1961, sejak saat itu berdiri sebagai lembaga yang berbadan hukum. Dengan demikian, ‘proto sejarah’ lahirnya I-3 adalah tahun 1959, secara de facto  tahun 1960, dan secara de jure tanggal 3 Maret 1961. Karena memenuhi kebutuhan dalam bidang pelayanan maka dibenrtuklah lembaga baru, Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII). Hal ini tidak lepas dari nasehat Pembimas Kristen Protestan Jawa Timur, R. Rasjid Padmosoediro. YPPII lahir Sabtu 4 Maret 1961 NO.15/1961, disahkan di Pengadilan Negeri Malang 13 September 1969 dibawa No. 77/1969. Diakui sebagai badan hukum dibawah NO. 12/1982 sesuai dengan Lembaran Berita Negara RI tanggal 27 April 1982 nomor 34. Empat tiang rohani WEC (Iman, Kesucian, Pengurbanan, dan Persekutuan) di ambil alih oleh YPPII, akibatnya pak Man dikucilkan dari WEC.    Mendirikan panti Asuhan oleh orang Korea. Tahun 1961 Bob Pierce menunjuk beliau menjadi Ketua WVI Indonesia sekaligus sebagai pendiri WVI Malang. Sekarang menjabat sebagai Ketua YPPII dan WVI. Tempat di jalan Bromo 2 diresmikan berdirinya WVI Malang. Tahun 1961 pergi ke NTT mendirikan Panti asuhan di Sumba Barat, Sumba Timur dan Oeba-Kupang.  Sekarang menjadi Panti Asuhan GMIT. Menjabat sebagai ketua WVI mulai dari Maret 1961-Oktober 1963.
Banyak tawaran yang datang untuk memperbaiki taraf perekonomian rumah tangga, tetapi beliau selau menolaknya. Di tengah pengharapan akan pertolongan Yesus Kristus, beliau mulai beternak ayam, tapi gagal karena wabah. Kemudian memelihara kambing tapi selalu di tipu. Kekurangan yang paling berat di alami sampai menjual gorden rumah dan menggantinya dengan kapur putih. Kesulitan ini membuat mereka bertanya kembali kepada Tuhan tentang panggilan untuk melayani. Mereka berdoa dan mendapat jawaban ada yang mengantarkan uang Rp.1000,00,- di bawa pintu rumah. Allah mulai membentuk karakter dari diri pak Octav yang menonjol seperti iri hati, kesombongan dan Nasionalisme yang tinggi. Pak Octav diserang penyakit paratipus yang berbahaya, menyebabkan harus sakit selam dua bulan. Pelayanan penginjilan yang dilakukan adalah menyebarkan traktat, Literatur, Piringan Hitam dan alat peraga hati manusia.
Tanggal 6-9 Maret 1964 mengadakan retreat di Desa Nongkojajar, pegunungan Tengger. Kegiatan ini khusus untuk menggumuli bentuk dan sasaran YPPII, dihadiri oleh 26 orang. Pada malam tanggal 9 peserta retreat bergumul dan berdoa meminta petunjuk Tuhan. Pada malam itu tepat pukul 01.00 WIB, mendapat visi. Nampak seorang anak lelaki berusia sekitar 9 tahun, sedang duduk hanya mengenakan celana pendek, terikat rantai besi. Ia dalam keadaan tak berdaya dan dikelilingi oleh peserta retreat yang berdoa tanpa bersuara. Sementara pak Octav menatap anak itu, suara Tuhan terdengar halus dan lembut berkata: “Yesaya 45:2 dan 3”. Selesai kata-kata itu diucapkan, rantai yang mengikat boca lelaki itupun putus. Penglihatan ini semakin jelas dan memperkuat tujuan pelayanan  YPPII. Hingga sekarang ayat tersebut menjadi landasan pelayanan YPPII.
Tahun 1964 kunjungan pertama ke Bukit Barisan, Sumatra Selatan, untuk mencari jiwa-jiwa, meski dengan biaya yang terbatas dan harus menempuh perjalanan puluhan bahkan ratusan kilometer dengan berjalan. Maka tibalah tim di Serawai Bengkulu. Pak Octav ditemani mahasiswa tingkat 4, Wagiyono. Dalam misi ini melewati dusun dan hutan belantara tidak mengalami serangan Lita, Harimau, Kalajengking dan Ular. Ancaman dari suku terasing ini juga menganggap pak Octav dan kedua temanya sebagai pengacau, sehingga mereka ditahan dan di interogasi. Dalam waktu yang berikutnya pak Octav disambut dangan hormat dan di tahbiskan menjadi pendeta di Bengkulu dan dihadiri oleh para pengancam dan pembenci, para pejabat pemerintahan dan Gubernur Bengkulu I, Ali Amin, SH.
Hasil pelayanan tersebut menyebabkan penolakan terhadap pak Octav. Ratusan masyarakat Serawai di Bengkulu Selatan menuntut pak Octav untuk mendirikan Gereja. Maka berdirilah GEKISUS (Gereja Kristen Sumatra Selatan). Gereja GPIB, HKBP, Gereja Jawa dan Methodis di Palembang dan Tanjung Karang, menolak untuk menggembalakan para petobat baru di suku Serawai. Tanggal 16 Agustus 1964, pukul 09.00 WIB, ditahbiskan dua orang Pendeta yakni: Tompio Tahempa dan Penginjil F.L. Tobing.

3.      Masa post karir.
Pak Octav sekarang tinggal di kompleks YPPII, ia biasa tidur sekitar pukul 23.00-24.00.  Biasanya bangun esoknya pada pukul 04.00. Setelah bangun sekitar satu jam membaca dan menulis. Dari kegemaranya menulis, beliau telah membuat karyanya How to Evaluate Culture Practice by Biblical Standard In MaintainingCulture Identity In Asia, dalam kongres umat Kristen di Lausane I, Swiss, 1974, mendapat penghargaan.
Selain menulis buku, ia juga mendirikan dan memimpin 17 lembaga kemanusiaan nasional dan internasional. Mendirikan Rumah Sehat, Rumah Sakit, Pendidikan Tinggi Theologia dan pendidikan umum, mendirikan pelayanan social yang pernah menampung sekitar 30.000 anak di Indonesia.
Pak Octav adalah pribadi yang akrab dan bersahabat menurut pengakuan Walikota Batu. Juga merupakan warga masyarakat Batu yang sagat di hormati, karya serta bukunya memperoleh penghargaan tertulis Walikota Batu.
Ir. Akbar Tanjung mengatakan, buku yang diluncurkan itu malah menjadi bukti nyata dari kemampuanya menelaah secara mendalam berbagai permasalahan bangsa dan sekaligus menerawang jauh untuk mendapat solusi.
Pak Octav adalah potret seorang  Teolog, Futurolog, dan Patriot Tiga Zaman. Nama yang tidak asing lagi di jagad pelayanan Kristen. Ia mampu menjadi rasul bagi bangsa Indonesia.
Ketua DPRD Kota Batu Mashuri Abdulrochim, SH, MM, mengatakan masyarakat di Kota Batu ini sangat kagum dengan pak Octav. Sebab bagi masyarakat beliau bukan hanya tokoh Kristen dan gereja tetapi sespuh masyarakat Batu. Kemajuan Kota Batu ini salah satunya adalah karena karya beliau bersama-sama dengan para sesepuh Kota batu yang berasal dari berbagai agama.  


hanya sebagian kecil dari informasi yang ku muat

penulis, Hendrik J Sarinda

4 komentar:

  1. Pelayanan yang berawal dari kondisi prihatin namun berbuah manis dan memenangkan banyak jiwa

    BalasHapus
  2. Saya sangat mengagumi pelayanan beliau. Hari ini saya terbaca mengenai orang hebat ini dan airmata saya mengalir dan sangat terharu akan kebaikan Tuhan yang jelas nyata dalam kehidupan hambaNya Pak Octav. Saya telah menerima Yesus dalam hidup saya dan lahir baru kerena pelayanan beliau di Malaysia di suat7u ketika dulu. 19.10 1981. Puji Tuhan dan terimaksih atas riwayat hidupnya yang luarbiasa anda tulis.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Suatu pelayanan yang luar biasa dari hamba-Nya. Saya tidak mengenal beliau,ternyata oleh anugerah Tuhan, saya melayani di suku Serawai,Bengkulu Selatan.

    BalasHapus