PENDAHULUAN
Penulis merasa penting
untuk mengetahui biografi seorang tokoh yang memberikan pengaruh besar terhadap
gereja dan misi gereja. Kehadiran tokoh ini memberikan dampak positif kepada pembardayaan sumberdaya manusia yang
berbudi pekerti yang baik dan berahklak luhur, cerdas dan bertanggung jawab.
Tokoh yang akan
dibicarakan di sini adalah Pdt. DR. Petrus Octavianus, DD, Ph.D. Berikut ini akan dibahas perjalanan kehidupan
beliau sampai saat ini. Untuk lebih
mudah memahaminya penulis akan membahas dalam 3 masa kehidupan tokoh yakni:
masa pra karir, masa karir dan post karir.
1. Masa
pra karir
Masa pra karir yang
dimaksud penulis adalah masa kehidupan tokoh yang dimulai dari kelahiranya
sampai masa studi selesai dan memulai karir/ pekerjaan. Petrus Oktavianus lahir
di Pulau Rote, desa Laes tanggal 29 Desember 1928. Lahir sebagai anak ke-7 dan
terkhir dari keluarga miskin. Nama ayah Klan Octavianus, meninggal tanggal 30
Maret 1930. Nama ibu Paulina Pandie berasal dari keturunan orang beriman.
Pada usia Sembilan
tahun beliau di adopsi oleh paman dan bibinya, dan mereka menyekolahkanya. Dimasa
kecil ia menjual kue untuk mengumpulkan uang dalam meraih cita-cita. Waktu
berjualan tiga kali kuenya tumpah dan tiga kalipun ia di pukul dibagian kepala
sebagai peringatan untuk tidak melakukan kesalahan lagi.
Tahun 1942 berlayar ke
Kupang dengan menumpang kapal layar. Di kupang ia tinggal di asram Oepura dan
di tempat inilah ia menimba ilmu. Waktu itu pemerintah Jepang berkuasa.
Tahun
1945 beliau pindah ke Oetona pindah
disekolah Belanda. Tahun 1947 setelah
menamatkan pendidikan di Opleiding Voor
Volkonderwyser (O.V.O), mengajar kelas 3 di sekolah rakyat di desa
Bakunase. Disinilah pertama kali ia menerima gaji. Beliau memiliki dua orang
teman yang mengajaknya tinggal bersama yaitu; Jusuf Kaomesa (sekarang pembantu bupati di Kupang)
dan Benyamin Mesakh (Sekretaris Jendral partai Golkar/ Ketua fraksi Golkar di
DPR RI.
Tahun 1949 menginjakkan
kakinya di Ambon untuk melanjutkan pendidikanya. Di Ambon melanjutkan
pendidikan di SGA Kristen kepunyan Belanda juga tinggal di asrama.
Tahun 1948-1950
terlibat dalam latihan militer. Tahun 1950 berangkat ke kota Surabaya ,
menumpang kapal tanpa ongkos. Di Surabaya di titipkan di Rumah Pdt. Siahaya
gembala GPIB tanjung perak. Di Surabaya beliau dengan teman-temanya di tangkap
tentara TNI, karena di curigai sebagai mata-mata RMS. Surat rekomendasi Ir
Manusama (Direktus SGA Kristen) kepada
bapak Hahuly, direktus SGA Kristen Surabaya, sebgai bukti dibebaskanya pak.
Octavianus dan kawan-kawan serta melanjutkan pendidikan di SGA Surabaya. Pada
Mei 1950 mereka dibebaskan dari Den Halder Cam.
Beliau menjadi pemulung
di kota Surabaya bersama tiga orang temanya (Daniel, Malo dan Geda), tetapi Oka
yang berasal dari Bali melanjutkan Studinya di SGA Katolik Malang. Sambil
melanjutkan studi di SGA mereka mencari uang dengan menjadi pemulung dan
gelandangan sebab tidak ada tempat tinggal. Mereka bermalam di emperan toko.
Meski disuasana yang getir beliau dan teman-temanya masih mengingat Tuhan.
Juni 1950 berjumpa
dengan ibu Kadar, seorang Kepala Kantor Depertemen Sosial Surabaya. Pertemuan ini menyebabkan mereka pindah tempat
tinggal di Panti Asuhan di jalan Embong Malang. Mereka bisa menikmati belajar
dengan baik, tempat tidur dari tilam, dan makan tiga kali sehari. Sesudah
sepuluh bulan usai, tepatnya tahun 1951 pindah ke Kota Malang dan menjadi
tenaga pengajar di SMPK, SR dan SKP Kristen. Selain itu menjadi mahasiswa
filsafat yang di pimpin oleh Romo Dr. Klafert dari Batu.
Tahun 1952 pindah ke
Bandung tinggal di keluarga Van Der Berg. Selain belajar dan kuliah filsafat
juga beliau mulai terlibat dalam dunia politik. Bulan Nopember 1953 lulus dari
Program B-1 peringkat 3 dan melanjutkan studi filsafatnya sampai B-2. Filsafat
menyadarkan beliau bahwa tidak semua hal dapat dijelaskan dengan dengan
filsafat.
Selain pekerjaan dan
karir yang di geluti tentunya sebagai manusia normal membutuhkan teman hudup
sebagai pendamping yang setia. Untuk mendapatkanya beliau berdoa dan memohon
petunjuk Tuhan demikian juga dengan orang yang ia doakan. Tanggal 22 Maret
1953, beliau mendapat jawaban yang pasti atas balasan suratnya tentang hubungan
cinta mereka. Tanggal 18 Mei 1953 keluarga pak Petrus Octavianus (PO). Meminang
gadis pujaanya, Henriene. Tanggal 6 Mei 1954 mereka menikah di hadapan
pemerintah dan tanggal 9 diberkati di gereja GMIT Airnona Kupang.
2. Masa
Karir.
Tanggal 27 Mei 1954
kembali ke Bandung. Seperti biasa melakukan akatifitas dan pulang larut malam. Sampai
suatu saat ada panggilan untuk menjadi direktur SGAK Malang, namun tidak di
gubris. Kemudia PO sakit selama 4 hari dan berdoa bersama ibu meminta petunjuk
Tuhan. Jika sembuh berarti Tuhan menghendaki ke Malang, jika tidak artinya
tetap di Bandung. Ternyata seketika sembuh dan mereka langsung pindah ke
Malang.
Tanggal 25 Juli 1954
tiba di Malang. Di malang mengajar di SGAK, Sekolah Tinggi milik GKJW dan SMA
Kristen. Beliau juga menjadi majelis di GPIB Imanuel Malang. September 1956 di
angkat menjadi direktur SGA Kristen Malang dan tahun 1955 di angkat menjadi
direktur SMA Kristen Malang. Beliau mengkoordinir semua sekolah Kristen yang ada
di Malang mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Tanggal 10 April jam 2 pagi
1955 hadir seorang buah hati, Mary Victoria Octavianus adalah anak sulung. tanggal
25 Juli 1956 lahir anak ke dua, Jermy. Tanggal 1 Juli 1957 di lantik menjadi direktur
Akademi Pendidikan Guru Nasional Malang.
Tanggal 1 Agustus 1957
berkenalan dengan misionaris WEC, Rev. Germann Edey dan membicarakan program
pelayanan bersama. Inilah cikal bakal munculnya YPPII.
Mulai diadakan KKR di
SGAK dan di beberapa tempat lainya sampai ke Lawang. Selain mengajar beliau
juga berkhotbah di beberapa gereja yang ada di Malang. KKR yang pertama
diadakan untuk seluruh siswa sekolah Kristen sekota Malang. Pembicara dalam KKR pertama adalah Rev.
Roland Brown 17 Nopember 1957. Dalam KKR ini pak PO mengalami lawatan Tuhan
yang luarbiasa sehingga bertobat dan menerima pengampunan salib Kristus.
Tanggal 25 Nopember
1957 ketika berlibur di Batu ia bertemu dengan Rev Detmar Scheunemann. Tanggal
6 April 1958 Roland Messach Octavianus lahir. Tahun 1957 sebelum I-3 berdiri,
pak PO dengan teman-temanya mencanangkan untuk mendirikan taman bacaan untuk para
petobat baru.
April 1959 diadakan
perayaan Paskah se Kota Malang. DR Johannes Laimena sebagai pembicara batal
datang dan di gantikan oleh pak PO. Beliau mulai taat pada panggilan Tuhan. Tanggal
5 Februari 1960, ibu Oktav mendapat penglihatan tentang panggilannya. Akhir
Juli 1960 meninggalkan pekerjaan di Malang dan mulai hidup baru di Batu. Mulai
Agustus 1960-1961 tinggal di Batu sendirian karena ibu Octav tidak mau ikut
kalau belum ada panggilan Tuhan yang jelas. Di Batu sebagai mahasiswa skaligus
dosen dan ketua Yayasan Institut Injil Indonesia. Kini status berubah menjadi
Penginjil, dan masa ini adalah masa yang berat kerena orang memandang beliau
sebagai orang gila, juga di muat di surat kabar harian Kota Malang. Kegiatan
yang dilakukan setiap hari adalah memberitakan Injil kabar Baik kepada penduduk
desa-desa sekitar Batu, supaya mereka bertobat dari dosanya.
Situasi semakin
mencekam menunjukkan keadaan seorang pengikut Kristus, ditolak diman-mana
bahkan oleh keluarga sendiri. Tinggal beberapa orang yang menerima mereka dan
bersedia mendengarkan dan mendoakan mereka. Tahun 1952 pernah diangkat menjadi
ketua Angkatan Muda Kristen dan tahun 1957 menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat
Parkindo. Keterlibatan di organisasi politik mengakibatkan beliau di percaya
oleh MPR dan DPR. Kini nasionalisme hancur karena tinggal di Batu dan menjadi
penginjil.
Pergumulan berat waktu
belajar di Institus menerima mahasiswa jebolan kelas tiga Sekolah Dasar dan ada
juga tamatan SMP. Ia merasa terpukul dan mau meninggalkan pendidikan untuk
menjadi pelayan Tuhan. Demi mengikuti panggilan Tuhan semua Ijaza telah di
bakar kecuali ijaza B-1 karena di sembunyikan ibu Octav. Tujuanya supaya tidak
kembali lagi ke Malang pada profesi yang dulu.
Dimasa sulit ini dating
tawaran dari Parkindo untuk menjadi Wakil Parkindo di DPD Malang, tepatnya
tanggal 24 Nopember 1960. Setelah meminta petunjuk Tuhan, maka Tuhan
menunjukkan untuk pindah ke Batu, ibu Octav turut juga bersama anak-anak. Selama
20 tahun tinggal di Gg 3 Songgokerto.
Pada tahun 1959,
terjadi perkenalan dengan ketua dan pendiri World
Vision International (WVI). Nopember 1960 berdirilah Taman Bacaan rohani
yang kemudian dikenal dengan Yayasan Bacaan Kristen, Jl. Jadipang Malang. Mengikuti
pendidikan di WEC Bible Institute, di
Batu ankatan ke-2. Pada tahun yang sama diadakan persekutuan sehingga
menyebabkan pertumbuhan dinamis, sehingga diadakan rapat untuk membuat yayasan
persekutuan interdenominasi yang berbadan hukum. Pada tanggal 3 Maret 1961
terbentuklah pengurus Yayasan Institut Injil Indonesia, dengan ketua pak Oktav.
Mendapat akte Notaris No. 10/1961, sejak saat itu berdiri sebagai lembaga yang
berbadan hukum. Dengan demikian, ‘proto sejarah’ lahirnya I-3 adalah tahun
1959, secara de facto tahun 1960, dan secara de jure tanggal 3 Maret 1961. Karena memenuhi kebutuhan dalam
bidang pelayanan maka dibenrtuklah lembaga baru, Yayasan Persekutuan Pekabaran
Injil Indonesia (YPPII). Hal ini tidak lepas dari nasehat Pembimas Kristen Protestan
Jawa Timur, R. Rasjid Padmosoediro. YPPII lahir Sabtu 4 Maret 1961 NO.15/1961,
disahkan di Pengadilan Negeri Malang 13 September 1969 dibawa No. 77/1969. Diakui
sebagai badan hukum dibawah NO. 12/1982 sesuai dengan Lembaran Berita Negara RI
tanggal 27 April 1982 nomor 34. Empat tiang rohani WEC (Iman, Kesucian,
Pengurbanan, dan Persekutuan) di ambil alih oleh YPPII, akibatnya pak Man
dikucilkan dari WEC. Mendirikan
panti Asuhan oleh orang Korea. Tahun 1961 Bob Pierce menunjuk beliau menjadi
Ketua WVI Indonesia sekaligus sebagai pendiri WVI Malang. Sekarang menjabat
sebagai Ketua YPPII dan WVI. Tempat di jalan Bromo 2 diresmikan berdirinya WVI
Malang. Tahun 1961 pergi ke NTT mendirikan Panti asuhan di Sumba Barat, Sumba
Timur dan Oeba-Kupang. Sekarang menjadi
Panti Asuhan GMIT. Menjabat sebagai ketua WVI mulai dari Maret 1961-Oktober
1963.
Banyak tawaran yang
datang untuk memperbaiki taraf perekonomian rumah tangga, tetapi beliau selau
menolaknya. Di tengah pengharapan akan pertolongan Yesus Kristus, beliau mulai
beternak ayam, tapi gagal karena wabah. Kemudian memelihara kambing tapi selalu
di tipu. Kekurangan yang paling berat di alami sampai menjual gorden rumah dan
menggantinya dengan kapur putih. Kesulitan ini membuat mereka bertanya kembali
kepada Tuhan tentang panggilan untuk melayani. Mereka berdoa dan mendapat
jawaban ada yang mengantarkan uang Rp.1000,00,- di bawa pintu rumah. Allah
mulai membentuk karakter dari diri pak Octav yang menonjol seperti iri hati,
kesombongan dan Nasionalisme yang tinggi. Pak Octav diserang penyakit paratipus
yang berbahaya, menyebabkan harus sakit selam dua bulan. Pelayanan penginjilan
yang dilakukan adalah menyebarkan traktat, Literatur, Piringan Hitam dan alat
peraga hati manusia.
Tanggal 6-9 Maret 1964
mengadakan retreat di Desa Nongkojajar, pegunungan Tengger. Kegiatan ini khusus
untuk menggumuli bentuk dan sasaran YPPII, dihadiri oleh 26 orang. Pada malam
tanggal 9 peserta retreat bergumul dan berdoa meminta petunjuk Tuhan. Pada malam
itu tepat pukul 01.00 WIB, mendapat visi. Nampak seorang anak lelaki berusia
sekitar 9 tahun, sedang duduk hanya mengenakan celana pendek, terikat rantai
besi. Ia dalam keadaan tak berdaya dan dikelilingi oleh peserta retreat yang
berdoa tanpa bersuara. Sementara pak Octav menatap anak itu, suara Tuhan
terdengar halus dan lembut berkata: “Yesaya 45:2 dan 3”. Selesai kata-kata itu
diucapkan, rantai yang mengikat boca lelaki itupun putus. Penglihatan ini
semakin jelas dan memperkuat tujuan pelayanan
YPPII. Hingga sekarang ayat tersebut menjadi landasan pelayanan YPPII.
Tahun 1964 kunjungan
pertama ke Bukit Barisan, Sumatra Selatan, untuk mencari jiwa-jiwa, meski
dengan biaya yang terbatas dan harus menempuh perjalanan puluhan bahkan ratusan
kilometer dengan berjalan. Maka tibalah tim di Serawai Bengkulu. Pak Octav
ditemani mahasiswa tingkat 4, Wagiyono. Dalam misi ini melewati dusun dan hutan
belantara tidak mengalami serangan Lita, Harimau, Kalajengking dan Ular. Ancaman
dari suku terasing ini juga menganggap pak Octav dan kedua temanya sebagai
pengacau, sehingga mereka ditahan dan di interogasi. Dalam waktu yang
berikutnya pak Octav disambut dangan hormat dan di tahbiskan menjadi pendeta di
Bengkulu dan dihadiri oleh para pengancam dan pembenci, para pejabat
pemerintahan dan Gubernur Bengkulu I, Ali Amin, SH.
Hasil pelayanan
tersebut menyebabkan penolakan terhadap pak Octav. Ratusan masyarakat Serawai
di Bengkulu Selatan menuntut pak Octav untuk mendirikan Gereja. Maka berdirilah
GEKISUS (Gereja Kristen Sumatra Selatan). Gereja GPIB, HKBP, Gereja Jawa dan
Methodis di Palembang dan Tanjung Karang, menolak untuk menggembalakan para
petobat baru di suku Serawai. Tanggal 16 Agustus 1964, pukul 09.00 WIB,
ditahbiskan dua orang Pendeta yakni: Tompio Tahempa dan Penginjil F.L. Tobing.
3. Masa
post karir.
Pak Octav sekarang
tinggal di kompleks YPPII, ia biasa tidur sekitar pukul 23.00-24.00. Biasanya bangun esoknya pada pukul 04.00.
Setelah bangun sekitar satu jam membaca dan menulis. Dari kegemaranya menulis,
beliau telah membuat karyanya How to
Evaluate Culture Practice by Biblical Standard In MaintainingCulture Identity
In Asia, dalam kongres umat Kristen di Lausane I, Swiss, 1974, mendapat
penghargaan.
Selain menulis buku, ia
juga mendirikan dan memimpin 17 lembaga kemanusiaan nasional dan internasional.
Mendirikan Rumah Sehat, Rumah Sakit, Pendidikan Tinggi Theologia dan pendidikan
umum, mendirikan pelayanan social yang pernah menampung sekitar 30.000 anak di
Indonesia.
Pak Octav adalah
pribadi yang akrab dan bersahabat menurut pengakuan Walikota Batu. Juga
merupakan warga masyarakat Batu yang sagat di hormati, karya serta bukunya memperoleh
penghargaan tertulis Walikota Batu.
Ir. Akbar Tanjung
mengatakan, buku yang diluncurkan itu malah menjadi bukti nyata dari
kemampuanya menelaah secara mendalam berbagai permasalahan bangsa dan sekaligus
menerawang jauh untuk mendapat solusi.
Pak Octav adalah potret
seorang Teolog, Futurolog, dan Patriot
Tiga Zaman. Nama yang tidak asing lagi di jagad pelayanan Kristen. Ia mampu
menjadi rasul bagi bangsa Indonesia.
Ketua DPRD Kota Batu
Mashuri Abdulrochim, SH, MM, mengatakan masyarakat di Kota Batu ini sangat
kagum dengan pak Octav. Sebab bagi masyarakat beliau bukan hanya tokoh Kristen
dan gereja tetapi sespuh masyarakat Batu. Kemajuan Kota Batu ini salah satunya
adalah karena karya beliau bersama-sama dengan para sesepuh Kota batu yang
berasal dari berbagai agama.
hanya sebagian kecil dari informasi yang ku muat